Sejak menjelang pergantian tahun 2017, beberapa harga komoditas pangan salah satunya cabai, terpantau meroket. Wakil Ketua Komisi IV, DPR Herman Khaeron menyatakan harga cabai menyentuh angka Rp 100.000 per kilogram di Pasar Palmerah, Jakarta Barat. Dalam peninjauan tersebut di pasar tersebut, dirinya bahkan mendapati harga cabai yang mencapai Rp 140.000 untuk jenis rawit.
“Per tanggal 11 Januari 2017 harga cabai besar antara Rp 50.000 sampai Rp 55.000. Harga cabai keriting hampir sama, kisaran Rp 50.000 sampai Rp 55.000. Tetapi harga cabai rawit di Pasar Palmerah ini Rp 140.000 per kilogram,” kata Herman di pasar Palmerah (11/1).
Presiden Jokowi menilai melonjaknya harga cabai di berbagai daerah dikarenakan faktor cuaca yang kurang bersahabat pada musim tanam tahun lalu. Hal ini berakibat langkanya pasokan cabai ke konsumen.
“Yang namanya harga tergantung supply dan demand. Karena musimnya pada 2016 kemarin memang jelek untuk cabai sehingga banyak yang busuk dan gagal panen sehingga supply-nya kurang,” ujar Jokowi seusai blusukan di pasar induk Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (9/1).
Harga cabai yang melonjak dan berubah sewaktu-waktu tentu memunculkan kekhawatiran dari publik. Masyarakat mengkhawatirkan jika kenaikan ini akan merambah ke harga pangan lainnya. Oleh karena itu adanya data-data yang dapat memantau perkembangan komoditas harga pangan dirasa dapat menekan kekhawatiran ini serta membuat masyarakat tidak kaget dengan perubahan harga.
Dari data yang ada, harga cabai rawit merah di DKI Jakarta menyentuh angka Rp 132.500/kg pada 10 Januari lalu, dan harga ini terus mengalami kenaikan. Pada tanggal 18 Januari 2017, tercatat harga cabai merah di Bangka Belitung menjadi Rp 136.650/kg. Harga ini sekaligus menjadi yang termahal di Indonesia, dan mengungguli harga daging sapi kualitas I yang berkisar diangka Rp 133.000/kg.
Kenaikan harga cabai ini diperkirakan masih akan terus berlangsung. Sedangkan penurunan diprediksi akan mulai terjadi pada Februari 2017 mendatang, menyusul adanya panen raya di sejumlah daerah, di antaranya Kediri, Malang, Blitar, Banyuwangi, dan Temanggung. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementrian Pertanian (Kementan), Yanuardi.
“Di Kediri kalau pasokan banyak, mereka panen. Kalau naik ke gunung sedikit, di sana semuanya cabai rawit merah. Jadi akhir bulan (Januari) mulai turun (panen), Februari mulai melimpah karena tanamannya ada 4.000 hektare. Ini belum yang di Malang, Blitar,” ujar dia di kantor Kementan (13/01).
Sejak beberapa tahun lalu Gamatechno telah mengembangkan aplikasi Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) daerah dan nasional untuk membantu masyarakat dan pemerintah meninjau informasi up to date seputar harga komoditas di Indonesia. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan keabsahan data yang ada di PIHPS karena data tersebut merupakan data valid dari survei BI yang diperbaharui setiap harinya (kecuali hari libur).
Dari aplikasi PIHPS tersebut, pengguna dapat memanfaatkan beberapa fitur yang tersedia untuk memantau harga komoditas, info perbandingan harga, harga rata-rata komoditas, dan grafik fluktuasi harga. Daftar komoditas pangan yang dapat dipantau di antaranya beras, cabai, daging, minyak goreng, telur, dan aneka bawang. Saat ini sudah ada lebih dari 50 kota di Indonesia yang telah menggunakan PIHPS. Jumlah ini dipastikan akan terus bertambah secara bertahap hingga mencakup seluruh kota atau kabupaten di Indonesia. Aplikasi PIHPS dapat diunduh secara langsung dari Play Store atau melalui situs hargapangan.id.